Headlines News :
Home » , » ONE-TO-ONE BENCHMARKING

ONE-TO-ONE BENCHMARKING

1. Konsep
 Merupakan sebuah metode Benchmarking yang dikembangkan oleh perusahaan Xerox pada tahun 1970 dan 1980.
 Konsep dalam metode ini antara lain:
1. Menemukan mana organisasi yang terbaik, atau di antara yang terbaik dalam menampilkan aspek bisnis Anda yang ingin Anda tingkatkan.
2. Mengunjungi organisasi tersebut dalam rangka memastikan tingkat pencapaiannya dan untuk belajar bagaimana mereka mencapainya.
3. Mempelajari praktek mereka, mengadaptasikannya jika diperlukan, dan meningkatkannya jika mungkin.
4. Akhirnya, mengadopsi praktek yang baru ke dalam organisasi Anda.

Contoh Studi Kasus: Benchmarking Distribusi Xerox dan L.L. Bean
Pda buku Nabi dalam Kegelapan oleh Kearns dan Nadler memiliki banyak contoh one-to-one benchmarking. Misalnya, suatu artikel yang diterbitkan menyoroti proses distribusi yang efisien yang digunakan oleh distributor surat terbesar L.L. Bean. Ketika itu muncul, ternyata lebih baik daripada proses distribusi perusahaan Xerox, manajer pada perusahaan Xerox memutuskan untuk mengunjungi L.L. Bean untuk mencari tahu. Mereka menemukan, sebagai contoh, bahwa L. L. Bean dapat mengambil dan mengemas barang-barang tiga setengah kali lebih cepat dari Xerox. Xerox kemudian mengembangkan sistem distribusi berdasarkan apa yang telah mereka pelajari di L. L. Bean. Itu semua dikarenakan Xerox percaya bahwa L. L. Bean memiliki proses distribusi yang baik. Namun L. L. Bean belum lebih baik dalam hal penagihan, pemesanan barang, atau proses lainnya. Kuncinya adalah mendefinisikan target organisasi yang mampu dicapai dan mempelajari tentang aspek bisnisnya.


2. Partisipan
Pada umumnya, benchmarking dilaksanakan oleh dua organisasi, yaitu: organisasi pemrakarsa dan organisasi dimana pemrakarsa ingin melakukan tindakan benchmark. Dengan metode ini, memungkinkan untuk pemrakarsa ingin meningkatkan suatu rangkaian benchmarking untuk mempelajari keduanya dalam daerah industri yang geografis.
3. Kendali Penelitian
Studi ini dikendalikan oleh kedua partisipan. Mereka akan menyetujui waktu penjadwalan, informasi yang akan ditukar, dan hal-hal lain tentang aspek legal dan logistik.

4. Resiko
- Informasi balik kepada manajemen pemrakarsa tidak sempurna, bersifat subjektif atau anekdot karena diperbolehkan ada satu atau dua wakil pengunjung.
- Beberapa wilayah benchmarking memberikan reputasi yang buruk ketika pemrakarsa tidak membuat perubahan apapun selama berkunjung.
- Suatu kekeliruan bahwa organisasi mengidentifikasi suatu praktek dapat membantu target partisipan dan menerapkannya secara mudah tanpa pertimbangan ketika melakukan pendekatan.
- Dari segi positifnya, resiko finansial dari studi benchmarking relative rendah karena usaha tenaga kerja untuk melengkapi studi juga rendah.

5. Potensi Pembelajaran
Memiliki potensi pembelajaran yang tinggi jika pendekatan suatu target organisasi telah dipilih dan kunjungan telah direncanakan.

6. Lama Studi
Tidak memerlukan jangka waktu yang lama. Sekali target organisasi teridentifikasi, maka yang diperlukan hanya mengatur dan menyetujui berbagai istilah dalam studi tersebut.

7. Tim Benchmarking
Terdiri dari kelompok kecil dari pemrakarsa, mungkin dengan seorang konsultan eksternal yang berguna untuk:
- Menyediakan laporan independen
- Membentu pemrakarsa menyiapkan kesesuaian untuk melakukan kunjungan dan meastikan bahwa kunjungan tersebut menjadi seproduktif mungkin.
- Menfasilitasi aktivitas post-visit
Anggota lainnya termasuk meraka yang mempunyai tanggungjawab dalam suatu area yang di benchmark, staff front line jika tidak ada konsultan eksternal, dan konsultan internal/penasehat.

8. Penggunaan
Metode ini digunakan ketika partisipan mengetahui apa yang ingin mereka pelajari dan dari siapa mereka mempelajari itu.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2013. Kamus Industri | Informasi Seputar Teknik Industri - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger