Headlines News :
Home » , » Penerapan Model Kano

Penerapan Model Kano

Model kano adalah model yang bertujuan untuk mengkategorikan atribut-atribut dari produk maupun jasa berdasarkan seberapa baik produk/jasa tersebut mampu memuaskan kebutuhan pelanggan (Irianty dan Widiawan, 2004). Jacobs (1999), menambahkan bahwa model kano mengklasifikasikan kepuasan pelanggan berdasarkan atribut produk pada bagaimana mereka ditangggapi oleh konsumen dan akibat mereka terhadap kepuasan pelanggan. Pengklasifikasian tersebut berguna untuk panduan keputusan desain baru. Model kano biasanya digunakan dalam aktivitas-aktivitas seperti identifikasi kebutuhan konsumen, penentuan keperluan fungsional, pengembangan konsep dan analisis produk kompetitif. Metode lain yang berhubungan dengan metode kano adalan pemunculan input dari konsumen, matrik prioritas, QFD ( quality fungcion deployment) dan anilisis nilai.

Data kuesioner diolah menggunakan model Kano dengan langkah sebagai berikut :
1. Mengkombinasikan jawaban fungsional dan disfungsional tiap atribut untuk tiap responden berdasarkan hasil tabel penentuan katagori kano, sehingga diperoleh katagori kano tiap atribut produk untuk tiap responden, seperti yang ditunjukkan Tabel 3, misal ; jika responden menjawab dengan skor 1 pada pertanyaan fungsional serta menjawab dengan skor 2 pada pernyataan disfungsional maka atribut tersebut masuk katagori A (attractive).

Tabel 3. Tabel penentuan katagori kano
Fungsional Disfungsional
1 2 3 4 5
1 Q A A A O
2 R I I I A
3 R I I I A
4 R I I I A
5 R R R R Q
Sumber ; Walden, 1993
Keterangan ;
Q = questionable
R = reserve
A = attractive
O = one dimensional
M = must be
I = indifferent
Skor 1 = suka
Skor 2 = mengharapkan
Skor 3 = netral
Skor 4 = memberikan toleransi
Skor 5 = tidak suka

Atribut layanan pada metode kano dapat di bagi menjadi beberapa katagori : must be, one dimensional, attractive, indefferent, questionable dan reverse

1. katagori must be atau basic need
Konsumen menganggap bahwa atribut yang ada dalam katagori ini merupakan suatu keharusan yang ada dalam produk. Pelanggan tidak akan puas bila atribut yang ada dalam katagori ini tidak dipenuhi.

2. katagori one dimensional
Kepuasan konsumen akan meningkat jika atribut yang ada dalam katagori ini diberikan, tapi konsumen juga tidak akan puas jika atribut yang ada dalam katagori ini tidak ada

3. katagori attractive
Konsumen akan merasa puas jika atribut yang ada dalam katagori ini diberikan, namun konsumen tidak akan kecewa jika atribut dalam katagori ini tidak diberikan. Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi dengan meningkatnya kinerja atribut, akan tetapi penurunan kinerja atribut tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan. Pemberian atribut dalam katagori ini akan memberikan kesenangan yang mengejutkan bagi konsumen serta dapat juga membedakan dari produk pesaing bahkan mengungguli pesaing. Biasanya konsumen mau membayar lebih untuk pemberian atribut yang ada dalam katagori ini.

4. katagori indefferent
Ada atau tidaknya atribut dalam katagori ini tidak berpengaruh terhadap kepuasan

5. katagori questionable
Kadangkala konsumen merasa puas atau tidak puas dengan keberadaan atribut dalam katagori ini, sehingga tidak jelas apakah atribut dalam katagori ini diharapkan atau tidak diharapkan oleh konsumen atau dengan kata lain terjadi penyangkalan dalam jawaban konsumen terhadap pertanyaan yang diberikan

6. Katagori reverse
Konsumen tidak puas jika terdapat atribut dalam katagori ini, tapi konumen akan puas jika atribut dalam katagori ini tidak ada (Irianty dan Widiawan, 2004).


Menghitung frekuwensi katagori kano untuk tiap-tiap atribut produk dari semua responden sesuai hasil kuesioner kemudian menentukan katagori kano dengan menggunakan Blauth’s formula sebagai berikut :
a. Jika frekuwensi katagori (O + A + M) > katagori (I + R + Q), maka grade yang diperoleh merupakan nilai yang paling maksimum dari (O,A,M)
b. Jika frekuwensi katagori (O + A + M) < katagori (I + R + Q), maka grade yang diperoleh merupakan nilai yang paling maksimum dari (I,R,Q)

diatas merupakan sekilas mengenai skripsi saya yang belum selesai hehehe....sudah saya revisi berkali-kali namun masih perlu perbaikan.....padahal temen2 yang baru maju 1 bulan sudah mau seminar, sedangkan saya hampir 2 bulan juga belum seminar, entah apa yang menjadi permasalahannya.kemaren sempat saya mendapat kritikan dari dozen mengenai metode ini.......begini critanya : alkisah di suatu universitas hehehehe kampus biru......mirip (tenda biru)hhehehe.dozen pembimbing menanyakan keberadaan metode ini, sebab metode ini mempertanyakan 1 objek melalui 2 pertanyaan berbeda dan berlawanan yaitu fungsional dan disfungsional, yaitu 1 objek yang ditanyakan dengan pertanyaan poitif dan negatif yang penilaiannya sama mulai 1-5.secara logika jelas hasil pertanyaan ini akan menjadi netral, sebab 1 objek ditanyakan dengan 2 pertanyaan berbeda dengan skla nilai yang sama(ini menurut sang dozen)...secara...ayas bukan publik speaking sempat bingung untuk menjelaskannya...akhirnya ayas mendalami teori ini, dan akhirnya ayas menemukan jawabannya,ternyata metode ini telah mampunyai rujukan yaitu suatu tabel kano yang menjadi kunci jawabannya.memang secara teoritas, hasil jawaban kuesioner ini akan merujuk pada jawaban yang signifikan antara setuju dan tidak setuju, yang keduanya akan digabungkan dan secara logika hasilnya akan menjadi netral atau indifferent, namun ternyata dalam tebel kano hasilnya bukanlah netral namun lebih ke one dimensional atau kepuasan konsumen bertambah.hal ini mengingatkan ayas, pada tulisan ayas yang telah terbit pada edisi sebelumnya yang ayas ambil dari buku(doh)lupa pengarange hehehehe....maklum kelamaan revisi mlulu jd kelupaan, mengenai sinergitas dimana hasil 1+1 bukan 2, namun 1+1=3

sumber: http://dian.wijaya.web.id/2009/03/penerapan-metode-kano.html
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2013. Kamus Industri | Informasi Seputar Teknik Industri - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger