Sampel merupakan faktor penting dalam penelitiankarena sangat diminimalkan untukmenghasilkan sampel yang tingkat akurasi, validitas danreliabilitasnya tinggi. Pemenuhan kriteria sampel sangat dipengaruhioleh pilihan teknik penentuan sampel yang prosedurnya merujuk padasampling frame,ukuran, dan tipe sampel penelitian. Penentuan sampel bisa menjadimasalah bila peneliti tidak tepat dalam memahami aspek-aspek pentingyang terkait dengan penentuan sampel, yaitu tingkat kompleksitaspermasalahan, keragaman populasi penelitian, rumusan tujuan sertaberbagai kendala dan batasan yang ada. Penelitian di bidang perumahandan permukiman yang multi -dimensi dan mencakup wilayah yang luasmemerlukan strategioptimasi dalam penentuan sampel agar diperoleh hasil penelitian yangberkualitas.
Kata kunci:
Penentuan sampel,strategi optimasi, perumahan dan permukiman
1. Pendahuluan
Penentuansampel merupakan proses yang cukup kritis dalam penelitianperumahan dan permukiman, karena akan sangat menentukan tingkatgeneralisasi yang dapat dicapai dalam suatu penelitian. Begitupentingnya kualitas sampel, sehingga hasil penelitian dianggap tidakbernilai apabila sampel yang digunakan tidak memenuhi persyaratanakurasi, kesahihan serta keandalan (Neuman, 2000; Losh, 2000; danSchwartz et.all, 1981). Beberapa kajian bahkan menyebutkan bahwapada kondisi populasi yang paling idealpun, pengambilan sampel secaratepat untuk suatu permasalahan penelitian merupakan pekerjaan yangpenuh tantangan, karena akurasi parameternya tak pernah diketahuisecara mutlak.
Kesulitandalam penentuan sampel penelitian umumnyaterkait dengan upaya pemenuhan kriteria sampel yang baik, yaitumemenuhi syarat akurasi dan dapat menghasilkan data yang validitasdan reliabilitasnya memadai (Friedrich,2003). Validitas data dapatdilihat dari ketaatan peneliti menggunakan prosedur untuk mengambildata (sampel), sedangkan reliabilitas data diindikasikan dengantingkat keterwakilannya terhadap populasi penelitian (Neuman, 2000).Namun demikian sampel yang baik tidak mudah diperoleh mengingat masihbanyaknya kendala seperti keterbatasan biaya dan waktu penelitianserta kesalahan-kesalahan penentuan sampel yang tidak disadari olehpeneliti (Losh,2000).
Dalampenelitian di bidang perumahan danpermukiman, penentuan sampel sangat perlu diperhatikan, mengingatkarakteristik permasalahannya yang multi dimensi, sangat beragam danluas cakupan wilayah populasinya. Peneliti akan selalu berhadapandengan pertanyaan kritis sebagai berikut: apakah sampel yang diambilsudah mewakili populasi yang ada, dan mempunyai tingkat kesahihan dankeandalan yang tinggi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jawabanatas pertanyaan-pertanyaan tersebut masih harus diuji dengan batasananggaran dan waktu penelitian (Losh, 2000; Peterson, 1999; Neuman,2000; Freedman,2004).
Untukmendapatkan sampel yang berkualitas dalam penelitian di bidangperumahan dan permukiman, peneliti juga harus meminimumkan kesalahandalam pengambilan sampel. Untuk itu peneliti perlumemahami dengan baik problematikapenentuan sampel, sehingga diperoleh strategi yang optimal dalampenentuan sampel penelitiannya.
2. Beberapa Istilah Penting dan Isu diSekitar Penentuan Sampel
Pemahamanterhadap beberapa istilah yang selalumuncul dalam prosedur penentuan sampel penelitian sangat diperlukan.Di bawah ini adalah definisi beberapa istilah yang dirangkum dariberbagai sumber :
- populasi: himpunan unit penelitian yang lengkap / utuh terdiri dari nilai/skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat majemuk
- sampel:bagian dari populasi yang memberikan keterangan atau data untuk suatu penelitian yang terdiri dari nilai/ skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat terbatas jumlahnya. Sampel diperlukan jika populasi penelitian relatif besar
- unit analisis: unit yang menjadi tempat untuk mengumpulkan informasi
- sensus: sampel yang mencakup seluruh populasi
- statistik: rangkuman deskriptif peubah-peubah dalam sampel yang nilainya dihitung berdasarkan sampel. Variasi nilai statistik tergantung pada sampel yang dipilih
- kerangka sampel (sampling frame) : daftar semua unsur dalam populasi yang akan menjadi sumber informasi untuk menarik sampel penelitian
- keterwakilan sampel(representativeness):tingkatan yang menunjukkan kesesuaian suatu sampel terhadap populasi sasaran penelitian dalam hal karakteristik utamanya.
- kesalahan dalam penentuan sampel: ketidaksesuaian antara data yang diambil dari sampel dengan data populasi yang sebenarnya akibat kesalahan proses penentuan sampel
Padaumumnya peneliti tidak dapat melakukan pengamatan secaralangsung terhadap semua unit atau individu yang ada dalam populasipenelitian. Sebagai gantinya mereka mengambil data dari sebagianpopulasi – yang disebut sampel, dan menggunakannya untuk meyimpulkan keadaan seluruh populasi yangditeliti. Melalui pengambilan sampel maka jumlah pengukuran yangdilakukan akan berkurang dan pada gilirannya akan dapat mengurangibiaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian.
Idealnya,sampel mempunyai kesesuaian karakteristikdengan populasinya yang diamati, sehingga kesimpulan peneliti benaruntuk semua populasi. Kesesuaian karateristik antara sampel denganpopulasinya (representasi) ini merupakan hal yang paling penting danakan menentukan kualitas penelitian. Ada 3 faktor yang mempengaruhitingkat keterwakilan suatu sampel, yakni ukuran sampel, variabilitaspopulasi serta fraksi populasi yang diambil sampelnya (Freedman,2004). Sampel yang tinggi tingkat keterwakilannya secara ilmiahmenghasilkan informasi tentang komposisi seluruh populasi.
Perkiraantentang populasi tersebut dapat diperolehdari daftar atau peta informasi yang sering disebut kerangka sampel(sampling frame).Jika kerangka sampel yang digunakan tidak lengkap atau kurang akurat,maka akan terjadi kesalahan sistematik dalam penarikan sampel. Jikasampel ditentukan dengan cara yang benar dan dengan kerangka sampelyang lengkap, maka tidak akan terjadi kesalahan sampel, bahkan untuksampel yang ukurannya sangat kecil sekalipun.
Tingkatketerwakilan sampel seringkali dipengaruhioleh ukuran sampel yang diambil, terutama jika populasi penelitiannyasangat besar. Logikanya, untuk mendapatkan tingkat keterwakilansampel yang tinggi, diperlukan ukuran sampel yang besar pula (Neuman,2000). Jika populasinya besar, penentuan sampel menjadi tidak praktisdan terkadang sulit dilakukan karena tujuan utama pengambilan sampeladalah efisiensi biaya dan waktu. Namun demikian, ukuran sampelbukan jaminan untuk menghasilkan sampel yang representatif. Ukuransampel besar jika tidak diambil secara acak atau tanpa kerangkasampel yang lengkap, akan kurang representatif dibandingkan dengansampel yang kecil (Freedman, 2004).
3. Karakter Penelitian Perumahan danPermukiman
Perumahandan permukiman merupakan bidang kajian yang sangat luas danmulti-disipliner. Permasalahannya terkait dengan faktor ekonomi,budaya, sosial, demografik, geografi, politik, lingkungan, sertapenanganannya melibatkan berbagai stakeholdersseperti pemerintah, perencana, arsitek, pengembang dan masyarakatsendiri (Vliet, 2003; Taha, 2004).Dimensi-dimensi kemanusiaan dan dinamika proses yang terjadi didalamnya juga menjadikan permasalahan perumahan dan permukiman sangatkompleks (Berk, 2003).
Kondisi-kondisidi atas mempunyai implikasi yang cukup luas terhadap berbagai aspekdalam penelitian perumahan dan permukiman. Selain itu para penelitidi bidang perumahan dan permukiman memiliki sudut pandang dankepentingan yang berbeda-beda. Peneliti yang berlatar belakangdisiplin ekonomi akan mengembangkan tajuk penelitian yang berbedadengan mereka yang berlatar belakang budaya (Vliet, 2003). Perbedaanantara satu kajian dangan kajian lainnya terletak pada latarbelakang, tujuan, lingkup, fokus, pendekatan dan metode analisisnya.Karenanya penelitian perumahan dan permukiman dapat dilaksanakandalam berbagai situasi dan kondisi, latar belakang, karakteristik baik secara kualitatif maupun kuantitatif. (Taha, 2004).
Penelitianbidang perumahan dan permukiman pada dasarnya berusaha menjawabmasalah pemenuhan kebutuhan akan hunian yang berkaitan dengankualitas hidup, kepuasan terhadap lingkungan perumahan, sertapemenuhan berbagai faktor seperti kesehatan, sosial, estetika,biologi dan lainnya. (Schöner, 2003). Sesungguhnya pemenuhankebutuhan tersebut mempunyai variasi kemungkinan yang tak terbatasdalam hal lokasi, pengaturan, ukuran, bentuk, ruang, dan tatananlingkungan (Berk, 2003). Keragaman karakter tersebut jugamemungkinkan penelitian di bidang perumahan dan permukiman dilakukandengan berbagai pendekatan atau metode penelitian, mulai dari yangsederhana hingga kombinasi prosedur yang kompleks sesuai denganmasalah penelitian yang akan dicarikan jawabannya.
Dalampenelitian di bidang perumahan danpermukiman dikenal beragam metode: studikasus, survei, eksperimen, kaji tindak(Giuliani,1997; Schörner, 2003). Pilihan metode yang digunakansangat tergantung pada problematika dan substansi yang ada. Sesuaidengan tingkatan metodenya, penelitian di bidang perumahan danpermukiman dibedakan ke dalam 3 tingkatan, yakni tingkat makro,meso, dan mikro (Schörner, 2003). Penelitian tingkat makro (sosial)merujuk pada penelitian terstruktur seperti survei jajak pendapat(misalnya: tentang kualitas perumahan, jenis permintaan untuk flatdan rumah baru, dsb) dan juga pertanyaan survei teknis yang terkaitdengan lingkungan (misalnya: tentang konsumsi dan konservasi energiyang dikaitkan dengan kondisi jendela, insulasi, unit pemanas dsb).Sementara penelitian tingkat mikro (operasional) terkait denganmetode wawancara pribadi untuk penelitian perumahan di kota kecil hingga metoda studi kasus. Di antara ke duanya terdapat tingkat meso(struktural) yang berupaya mengisi kekosongan yang ada di antaratingkat makro dan mikro. Pada tingkatan ini fokus penelitian adalahpada bagaimana berbagai keterkaitan antara berbagai proses dalambermukim disusun dan juga pada bagaimana pengetahuan tentangperumahan dan permukiman dihasilkan dan dipilih.Penelitian-penelitian pada tingkat ini merupakan inti dari prosespembelajara. Penelitian tingkat meso misalnya, tentang PengaruhKeberadaan Rumah Kosong pada Tingkat Keamanan pada Permukiman diKawasan Perkotaan.
Perumusantujuan penelitian di bidang perumahan dan permukiman sangattergantung pada pihak yang akan menggunakan atau memanfaatkan hasilpenelitian, seperti misalnya : pengembang, koperasi perumahan,perusahaan konstruksi, bank perumahan, perancang dan perencana, sertailmuwan dan pengambil kebijakan publik. Masing-masing penggunamempunyai kepentingan dan kebutuhan yang rentangnya mencakuppengembangan teoritis-metodologis, tinjauan aspek ekonomi perumahan,serta kajian praktis-aplikatif (Giulinani, 1997, Schörner, 2003).
4. Penentuan Sampel dalam Penelitianbidang Perumahan dan Permukiman
Dalamproses penelitian di bidang perumahan dan permukiman, dan jugapenelitian pada umumnya, terdapat beberapatahap yang mempunyai kaitan dengan problematika penentuan sampelnya.Secara garis besar proses penentuan sampel penelitian di bidangperumahan dan permukiman dapat digambarkan dalam suatu diagram alur(Diagram 1) di mana beberapa tahap di dalamnya merupakan bagian yangkritis karena berkaitan erat dengan problematika penentuan sampel.
4.1.Penentuan populasi penelitian
Pengidentifikasianpopulasi penelitian secara hati-hati merupakan hal pertama yang harusdilakukan dalam penarikan sampel. Untuk ituperlu dijelaskan target populasi yang akan distudi, dengan membuatdaftar panjang tentang semua atribut yang diyakini dapat tercerminsecara tepat dalam sampelnya (Freedman, 2004). Daftar tersebut dapatberupa karakter demografi, gaya hidup, tipe rumah atau atribut yangsesuai dengan kepentingan penelitian dan dapat digunakan untukmemperkirakan populasi secara lebih rinci berdasarkan unit / satuansampel, lokasi geografis, serta batas sementara populasinya (Neuman,2000).
Penentuanpopulasi penelitian di bidang perumahan danpermukiman akan relatif sederhana untuk beberapa kelompok studitertentu, misalnya semua penghuni rumah di kecamatan A antara tahun1995 -2000. Namun pendefinisiannya akan makin sulit jika populasiyang dimaksud adalah orang yang tidak mempunyai rumah (homeless).Apakah yang termasuk dalam populasi mencakup mereka yang tidur ditempat sembarangan, mereka yang dianggap sebagai gelandangan, ataukahmereka yang tinggal di lahan-lahan ilegal sepanjang jalur kereta?Kelompok-kelopok tersebut mungkin dapat masuk dalam populasipenelitian, namun penentuan yang lebih pasti akan sangat tergantungpada tujuan penelitian yang dilakukan, kepentingan pengguna hasilpenelitian, dan sumber daya yang tersedia, sehingga mungkin tidaksemua kelompok tadi menjadi prioritas untuk diteliti.
- Menetapkan metode pengumpulan data
Dalampenelitian ilmiah, untuk menjelaskan suatufenomea atau membuktikan suatu dugaan diperlukan sejumlah informasidan data, baik kualitatif maupun kuantitatif (Neuman, 2000). Sebagaicontoh, penelitian eksploratif dimaksudkan untuk memberikan pemahamandan penjelasan awal tentang suatu fenomena secara kualitatif.Penelitian jenis ini didukung oleh sample non-acak dengan teknikpengumpulan data melalui wawancara mendalam, diskusi kelompokterfokus, serta pengamatan lapangan. Sementara penelitianeksplanatori biasanya menggunakan data kuantitatif dan analisisstatistik untuk membuktikan dugaannya, ditunjang oleh data darisampel yang diambil secara acak melalui percobaan, survei, datasekunder serta pengamatan lapangan.
Keputusanpenggunaan metode pengumpulan data dalamsuatu penelitian akan tergantung pada ukuran sampel, biaya dan waktuyang tersedia, serta akses terhadap data (Taha, 2004). Dalampenelitian di bidang perumahan dan permukiman, semua metode dapatdigunakan untuk mendukung kebutuhan pengumpulan dan analisis data daninformasi. Khusus untuk penelitian kuantitatif, pilihan metodebiasanya didasarkan pada pertimbangan :keterwakilan, sumber bias sampel, tingkat kesalahan, tingkat responyang diperoleh (Freedman, 2004).
- Penentuan kerangka sample (sampling frame)
Pendefinisiankerangka sampel (samplingframe) merupakan bagian terpentingdalam proses pengambilan data (Heer,et.al, 2000). Untuk mendapatkansampel yang representatif, diperlukan kerangka sampel yang sedekatmungkin mewakili populasi dengan informasi-informasinya yang lengkap.Idealnya kerangka sampel mencakup seluruh informasi tentangunsur-unsur yang ada dalam populasi. Namun kesempurnaan kerangkasampel hanya tercapai jika setiap unsurnya muncul dalam daftar sekalisaja, tidak dua kali atau lebih (Neuman, 2000; Freedman, 2004).
Akurasikerangka sampel merupakan problematikatersendiri. Jika populasi penelitiannya sangat besar, maka daftarinformasi akan sangat banyak dan mahal (Losh,2000, Neuman,2000).Terbatasnya informasi dalam kerangka sampel akan menyebabkan definisikonseptual populasi tidak lengkap dan akibatnya penentuan sampel bisatidak sahih (valid). Dalam penelitian di bidang perumahan dan permukiman, hal yangpertama harus diperhatikan adalah sumber data yang akan digunakanuntuk menarik sampel. Sumber data yang dapat digunakan untukmenentukan kerangka sampel antara lain direktori realestate, daftar surat, daftar pembayarpajak bangunan, peta dan lokasi perumahan,daftar surat Ijin mendirikan bangunan (IMB)dan sebagainya.
- Menetapkan metode penentuan sampel
Pemilihanskema penentuan sampel (random ataunon-random) sangat tergantung pada ketersediaan kerangka sampel.Sampel acak (random) yang diperlukan untuk analisis statistikainferential menuntut persyaratan sebagai berikut: ukuran populasinyadiketahui, ukuran sampelnya jelas, dan semua unsur (keluarga, rumah)populasi mempunyai kesempatan sama untuk diambil sebagai sampel.Dengan demikian sampel dianggap merepresentasikan populasinya,sehingga dapat digunakan untuk menarik generalisasi pada tingkatrepresentasi yang terukur. Sebaliknya pengambilan sampel tak-acak(non-random) dapat dilakukan apabila tak dibutuhkan generalisasi danpenelitian perlu dilakukan secara cepat. Dalam sampel tak-acak unsurpopulasi dipilih atas dasar ketersediannya atau karena menurutpenilaian peneliti sampel tersebut cukup mewakili populasi, sesuaituntutan penelitiannya.
Setiapteknik penentuan sampel acak memulai prosedurnya dari kerangka sampelyang secara operasional mendefinisikan populasi sasaran.Yang paling sederhana di antara metodesampel acak adalah simple random sample(SRS), di mana setiap unsur dalam kerangka sampel mempunyai peluangsama untuk terpilih. Namun strategi ini jarang digunakan dalampenelitian perumahan dan permukiman, karena kesulitan untukmendapatkan daftar informasi yang sangat panjang dan sering takterkendali, akibat cakupan geografis populasi yang sangat luas danparameter yang sangat beragam (Neuman, 2000; Freedman, 2004).
Metodeberikutnya adalah systematic randomsample. Metoda yang merupakanmodifikasi dari SRS ini ditentukan dengan mulai memilih unsur dalamkerangka sampel secara acak dan mengambil setiap unsur yang ke n(misalnya mulai secara acak memilih lokasi dari buku daftar telopondan selanjutnya mengambil satu nama setiap 100 nama berikutnya).Dibanding SRS cara ini lebih mudah, khususnya untuk pelaksanaan dilapangan, dan lebih akurat. Penggunaan metoda ini dalam penelitianperumahan dan permukiman mempunyai masalah yang kurang lebih samadengan metode SRS (Fredman, 2004).
Metodeacak berikutnya adalah stratifiedsampling. Kadang-kadang kerangka sampelyang ada memuat berbagai informasi tentang karakter unsur populasi.Informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi sampeldengan cara membedakannya berdasarkan unsur-unsur populasi tertentu.Sampel yang diambil dari setiapsub-populasi akan mempunyai tingkat keterwakilan yang lebih tinggi,dibandingkan dengan dua metode yang sebelumnya. Namun penentuanstratanya harus dilakukan dengan menggunakan kerangka sampel yanginformasinya lengkap dan akurat (Friedrich, 2003).
Sebagaicontoh, dalam survei kependudukan diAmerika, digunakan sample stratifikasi untuk mengidentifikasi unitsampel utama (PSU), sehubungan dengan penggunaan komputer secaraintensif dalam prosesnya (Ludington, 2003). Stratifikasimengelompokkan PSU ke dalam strata yang menjadi sumber pemilihansampel PSU. Strata yang dihasilkan selama proses harus homogen,sehingga perkiraan penelitian yang dihasilkan juga akan mencerminkanarea non-sampel secara akurat. Metodetersebut dipilih dengan pertimbangankebutuhan peningkatkan keandalan dan mengurangi biaya survei,pengembangan dan optimasi metode, serta penggunaan komputer secaraintensif untuk meyelesaikan problem yang kompleks. Dalam hal initingkat homogenitas strata dan pengurangan biaya survei tergantungpada kemampuan sistem stratifikasi PSU.
Gorsak,et.al (2003) juga menggunakan metodestratifikasi untuk meningkatkan efisiensi survei penelitian rumahtangga di Amerika. Metode stratifikasi sampel digunakan untukmengurangi keragaman variabel yang ada dalam PSU yang merupakanbagian dari populasi (rumah tangga di AS). Dalam hal ini populasiseharusnya distratifikasi pada tingkat unit rumah atau blok. Tetapidengan kendala waktu dan biaya, penelitian rumah tangga ini hanyadilakukan pada tingkat blok pada area yang populasinya distratifikasimemuat blok dan unit rumah.
Selainpenentuan sampel acak satu tahap, ada juga penentuan sampel yang dilakukan dalam beberapa tahap(multi-stage sampling). Cara inidigunakan jika tak tersedia kerangka sampel, atau karena sangat tidakpraktis jika sampel ditentukan dengan satu kerangka untuk seluruhpopulasi (Friedrich, 2002). Metode ini mulai dengan menentukan unityang terbesar (Primary Sampling Unit)dan dilanjutkan dengan yang lebih kecil (SecondarySampling Unit). Pada dasarnya metodeini menggunakan 2 langkah dasar: membuat daftar dan menentukansampel.
Skemayang termasuk dalam kategori ini adalahcluster sample. Sampel klusterdigunakan apabila tak tersedia kerangka sampel yang baik ataupopulasinya tersebar, sehingga biaya untuk mendapatkan sampel bakucukup mahal. Skema ini melibatkan beberapa tahap penentuan sampelyang ditentukan berdasarkan kelompok, bukan individu. Melaluiskema ini peneliti memilih sampel dalam kelompok area (misalnyapropinsi dalam negara, kota dalam propinsi), kemudian memilih satuunsur dari setiap kluster utama dalam area wilayah yang lebih kecil(secara acak atau sistematis), danselanjutnya menentukan jumlah unsur sampel yang disyaratkan dariarea-area tersebut.
Metodekluster mempunyai sisi positif dan negatif. Di satu sisi metodekluster mempercepat waktu survei danmengurangi biaya lapangan, namun di sisi lain metodeini mengurangi akurasi sampel, relatif terhadap sampel non-klusterdengan jumlah responden yang sama. Halini dikarenakan sampel kluster sedikit lebih homogen secara internaldibandingkan dengan sampel non-kluster. Akibatnya kluster sampelmeningkatkan kesalahan sampel (samplingerror) dan membutuhkan pertimbangankhusus dalam analisis datanya sertamenuntut ukuran sampel yang lebih besar.
Catatan penting yang perlu diingat berkaitan dengan metode kluster adalahbahwa hampir semua survei berskala besar dilakukan dengan menggunakanmetode ini. Selain itu metode ini dapat dikombinasikan dengan metodastratifikasi, biasanya dengan kluster dalam strata. Umumnya untukukuran sampel n yang diketahui, sampel kluster kurang akuratdibandingkan dengan tipe penentuan sampel lainnya, di manaparameternya diperkirakan akan mempunyai variabilitas yang lebihbesar dibandingkan SRS, sampel acak stratifikasi ataupun acaksistematik.
Jenislain dari sampel bertahap adalah areaprobability sampling. Skema ini sangatmahal, tetapi berpeluang memberikan hasil yang terbaik untukmendapatkan sampel yang benar-benar mewakili seluruh populasinya.Metode ini digunakan jika tak ada kerangka sampel namun semua sampelingin dijangkau, tanpa perduli apakah sampel yang diperoleh masukdalam kerangka atau tidak. Dasarskema penentuan sampel ini adalah stratifiedmulti-stage cluster. Metode inidikembangkan untuk menghasilkan sampel yang sesuai prosedur penentuansampel acak, yang apabila dikombinasikan dengan statistik nasionalmemungkinkan untuk mendapatkan sampel nasional yang baik.
Dalammengambil sampel ijin pembangunan perumahan baru yang diterbitkandalam sepuluh terakhir, dipergunakan suatu metode guna mengendalikandeviasi ukuran sampel. Untuk itu digunakan metode areaprobablility sampling untuk memilih 2unit sampel (primary dan secondarysampling unit) yang populasinya sekirasetingkat blok perumahan, (Mohadjer, et.als,2003). Tambahan biaya takterhindarkan karena metode ini harus menggunakan semua area sampelpenting, untuk menjaga tingkat keterwakilan sampelnya. Namun tambahan biaya tersebut dapat ditutup oleh penghematan selama prosespengumpulan data, karena berkurangnya kegiatan perjalanan danpengamatan lapangan.
Sampelacak tidak selalu menjadi pilihan utama dalam penelitian di bidangperumahan dan permukiman. Dalam beberapa kasus sampel acak tidakmampu melibatkan kelompok minoritas dalam populasi. Ini merupakanproblem yang umum dijumpai peneliti di negara –negara berkembang,di mana umumnya tak tersedia kerangka sampel yang lengkap dan akurat.Untuk kondisi-kondisi tertentu, peneliti perumahan dan permukimanterpaksa menggunakan sampel tak-acak. Dengan teknik tersebut penelitidapat menunjukkan karakter khusus yang ada dalam populasi. Sampelacak tidak diperlukan jika peneliti inginmenjelaskan kondisi-kondisi yang khususdengan pendekatan eksploratif. Sampel acakyang terbaik tidak akan membantu meningkatkan akurasi hasilpenelitian jika tingkat respon sampelnya buruk(Losh, 2000).
Penentuansampel non-acak mempunyai beberapa teknik,yakni quota sampling,judgement sampling dansnowball sampling. Pada teknik quotasampling, berbagai strata dalampopulasi ditentukan dan kemudian diambil proporsi sampel yangdisyaratkan bagi setiap strata yang telah ditentukan. Teknik inikurang akurat, sehingga penelitian perumahan dan permikiman jarangsekali menggunakan metode ini. Namun teknik ini dapat digunakansebagai pendukung bila dikombinasikan dengan metode lain. Denganalasan memberikan kesempatan yang sama, maka Biro Sensus Amerikamenggunakan teknik quota sampledalam sensus demografi yang menggunakan surat atau kunjungan pencacahuntuk menjaring kelompok responden yang tidak menjawab pertanyaansurvei agar diperoleh tingkat keterwakilan yang optimal (Thibaudeaudan Navaro, 2001). Penggunaan sampel ini dimaksudkan agar sampel yangada lebih beragam sehingga akurasi datanya lebih maksmum.
Tekniksampel tak-acak yang lain adalah judgementsampling (purposivesampling). Sampel dipilih berdasarkanpada kondisi khusus yang dianggap mampu mengindikasikan karakterpopulasi. Sampel-sampelnya mempunyai karakteristik kunci yangmemungkinkan untuk dikaji dan diambil berdasarkan pertimbangan yangbersifat ilmiah. Dalam penelitian di bidang perumahan dan permukiman,teknik ini biasanya digunakan untuk menangani penelitian denganpendekatan kasus studi.
Snowballingsamplemerupakan metode lainnya dalam kategori sampel non-acak, biasanyadigunakan untuk menjelaskan pola sosial atau komunikasi suatumasyarakat. Sampel dikumpulkan dari suatu kelompok yang anggotanyasukar diakses, tanpa menetapkan kerangka sampel terlebih dahulu.Sampel diperoleh berdasarkan infomasi dari sampel sebelumnya dankarenanya metode ini tak menjamin sampel yang betul-betul mewakilipopulasinya, tetapi dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yangrinci.
Snow,et.al (1979) menggunakan metode snowballingyang dikombinasikan dengan metode kluster untuk mengidentifikasisampel dari kelompok minoritas Spanyol yang tersebar di kota besar.Dengan metode ini diperoleh prosedur pemilihan sampel yang tidak sajaefisien, tetapi juga mampu menjaring sampel yang jarang. Pada kasusini individu-individu – orang Spanyol - yang sering terlihat didepan umum, atau yang punya banyak teman, mempunyai lebih banyakkemungkinan untuk dipilih dibandingkan mereka yang terisolasi.
- Menetapkan ukuran sampel
Padaumumnya ukuran sampel tergantung padakompleksitas karakter kajian, akurasi yang disyaratkan untukmendekati karakter-karater tersebut, dan sumberdaya yang tersedia.Idealnya sampel yang diambil ulang kapanpun, dengan ukuran danpopulasi yang sama, akan memberikan hasil yang identik denganpengambilan sampel sebelumnya (Taha, 2004). Memang tidak ada jawabanyang pasti untuk pertanyaan seberapa besar seharusnya ukuran sampelpenelitian. Prinsipnya akurasi data cenderung meningkat sesuai denganukuran sampel dan proporsinya terhadap populasi, dan karenanya makinbesar sampel yang diambil makin besar kemungkinan akurasi hasilpenelitian (Neuman, 2000; Sudradjat, 2000; Freedman, 2004).
Meskipopulasi dalam penelitian perumahan dan permukiman sangat besar,serta variabelnya sangat banyak tetapi ukuran sampelnyatidak harus besar. Ukuran sampel yang ideal tergantung pada tingkatakurasi yang disyaratkan, tingkat keragaman populasi dan jumlahvariabel yang akan diuji secara serentak dalam data analisis (Neuman,2000). Sampel yang besar terutama diperlukan dalam beberapa kondisisebagai berikut: populasinya sangat majemuk; data perlu dipecah dalambeberapa kategori; margin kesalahan yang dituntut relatif kecil; dantingkat respon diperkirakan sangat rendah (Fiedrich, 2003).
5. Kesimpulan
Penentuansampel merupakan tahap yang penting dalamproses penelitian, karena mempunyai implikasi signifikan terhadapkualitas hasil penelitian. Apabila sampel yang diambil salah, makageneralisasi yang dibuat pun akan salah. Untuk mendapatkan sampelyang mencerminkan kondisi populasi penelitian, diperlukan kriteriabaku seperti akurasi, kesahihan, keandalan serta penyesuaianterhadap kendala biaya dan waktu. Diperlukan kehati-hatian dalammenentukan teknik pemilihan sampel, khususnya dalam penelitian dibidang perumahan dan permukiman yang permasalahannya bersifatmultidimensional.
Padadasarnya pemilihan sampel secara acak(random sampling)merupakan pilihan yang paling logis untuk mendapatkan hasilpenelitian yang akurat. Berbagai skema penentuan sampel dalamkategori ini, baik dengan prosedur satu tahap ataupun multi-tahap(multistage)perlu disesuaikan dengan kondisi, topik serta tujuan penelitiannya.Sampel non-acak juga dapat digunakan dalam penelitian di bidangperumahan dan permukiman untuk kondisi-kondisi yang sesuai dengansifat penelitiannya.
Untuk memperoleh sampel terbaik pada penelitian yang variabelnya sangatbanyak, diperlukan strategi optimasi. Penentuan sampel sebaiknyamemenuhi semua tuntuan metodologis maupun substansial, tidak hanyadalam menentukan skema penentuan sampel tetapi juga untukmeminimumkan biaya dan waktu. Optimasi diperlukan karena keragamankarakter penelitian dan alternatif skema penentuan sampel terkadangmempunyai tuntutan berbeda dan sukar dipertemukan.
Beberapapreseden menyarankan perlunya kombinasi beberapa teknik sampel untukmendapatkan sampel yang optimum. Dalam kenyataannya tidak ada satuskema penentuan sampel yang betul-betul dapat memenuhi kriteriasampel yang baik. Penggunaan metode multi-tahap (multi-stage)dengan kombinasi beberapa skema penentuan sampel, baik dengan teknikacak maupun non-acak, menjadi strategi yang paling logis. Denganskema tersebut akan diperoleh sampel yang tidak hanya memenuhitingkat akurasi, keterwakilan yang memadai, tetapi juga secara cepatdengan biaya yang relatif murah.
A.Adib Abadi
DepartemenArsitektur, Institut Teknologiberpengaruh terhadap kualitaspenelitian yang dihasilkan. Kesalahan-kesalahan dalam penentuansampel harus Bandung
[adibabadi@ar.itb.ac.id]
DaftarPustaka
Berk,M Görkhan.(2003).“Assessment ofthe Effect of an External Factor for Dwelling Occupants’Satisfaction: Access to Basic Activities”. Methodologies inHousing Research Conference. 22-24 September, Sweden, Stockholm.
Freedman, DavidA.(2004).Sampling. Department of Statistic University ofCalifornia, Berkley.
Friedrich, GustavW.(2003).Sampling Theory. Methods of Inquiry Syllabus: 154.Fall.
Giulinai,M Vittoria.(1997).“Integrating differentmethod in housing research. A study in Amelia, Italia” in CaroleDespres and Denise Piche (Eds) HousingSurveys. Advances in Theory and Methods.Quebec, Canada: CRAD, Univerite Laval. pp. 229-245.
Gorsak,Mark; et.als.(2003).Within-PSUand Stratification Research to Improve SurveyEfficieny.US Bureau of the Census.
Heer, Wim F. de and GerMoritz.(2000).“Data Quality Problem in Travel Survey. AnInternational Overview”. Workshop on Respondet Issue: Sampling,Weighting and Nonresponse. Statistic Netherland.
Lawrence, RoderickJ.(2003).Methodologies in Contemporary Housing Research: A Criticalreview. Methodologies in Housing Research Conference. 22-24September, Sweden, Stockholm.
Losh, SusanCarol.(2000).“Types of Error and Basic Sampling Designs”. LectureHandout EDF 5481 Methods of Educational Research. Fall.
Ludington, PaulW.(2003).Stratification of Primary Sampling Units for the CurrentPopulation Survey Using Computer Intensive Methods. US Bureau ofCencus. Wahingtoon DC.
Mohadjer, Leyla; JillMontaquilla, and Erica Sherris. (2003).Evaluation of A Two-phaseApproach to Segment Selection for Area Probability Sampel Late in ADecade. Joint Statistical Meeting. Westat. Maryland. USA.
Neuman, W.Lawrence.(2000).Social Research Methods. Qualitativeand Quantitative Approaches. Allyn and Bacon. Boston.
Petersons,Ivan.(1999).“Census Sampling Confusion. Controversy dogs the use ofstatistical methods to adjust US population figures”. TheWeekly News magazine of Science. Volume 155, Number 10 (March 6).
Schörner, Georg; GerhardBonelli and Franz Schörghuber.(2003).Housing Research and It’sMethods in Lower Austria. The Lower Austrian Scientific Academy.Scientific Academy. Departement for Environment and Energy.
Schwartz, Sidney H.;Charles D Cowan; and Kenneth R Sausman.(1981). Optimisation in theDesign of large-scale State Sampel. US Bureau of Cencus.
Snow, Rob E., John D.Hutchenson, Jr., and James E. Prather.(1979).Using ReputationalSampling to Identify Residential Clusters of Minorities. Centerfor Urban Research and Service.
Sudradjat,Iwan.(2002).DiktatPerkuliahan AR 6122 Metodologi Penelitian Arsitektur.Program Magister Arsitektur – ITB.
Taha,Elhag.(2004).Research methods in housing. NewcastleUniversity, UK.
Thibaudeau, Yves; AlfredoNavarro (2001). Optimizing Sampel Allocation of The 2000Non-Response Follow-up. US Bureau of the Census, Washington DC.
Vliet, Willemvan.(2003).“So What if Housing Research is Thriving? ResearcherPerception of the Use of Housing Studies”. Journal of Housingand the Built of Environment. 18: pp.183-1999. Netherland : KuwerAcademic Publisher.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !