Gejolak moneter yang menimpa beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah menimbulkan krisis ekonomi yang paling suram sejak era Orde Baru, sehingga menyebabkan kelumpuhan ekonomi masyarakat terutama pada lapisan menengah ke bawah. Sedangkan akibat yang paling mendesak untuk diatasi adalah terjadinya ledakan pengangguran di berbagai sektor ekonomi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada saat yang sama, bencana alam berupa kekeringan yang berkepanjangan serta kebakaran hutan pada tahun 1997 telah menimbulkan hilangnya pekerjaan bagi petani di pedesaan, terutama pada petani produsen. Disamping masalah pengangguran, bencana alam ini juga telah menimbulkan kerawanan pangan di beberapa kawasan di Indonesia.
Banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada perusahaan-perusahaan manu-fakturing di perkotaan telah menimbulkan gelombang pengangguran yang sangat besar. Sementara itu pada saat yang sama telah terjadi pula pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di beberapa negara asing, baik karena dampak krisis ekonomi maupun masalah lainnya. Hal-hal sehubungan dengan pengangguran dan kekurangan pangan tersebut perlu penanganan yang sangat serius dan mendesak melalui pendekatan secara terpadu, untuk menghindarkan terjadinya kerawanan sosial-politik yang dapat mengganggu keamanan dan kestabilan nasional
Agroindustri yang merupakan industrialisasi pada sektor pertanian dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian akan menjadi satu pilihan yang strategis untuk menanggulangi masalah pengangguran dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan. Hal ini karena agroindustri merupakan subsektor yang mampu menjamin perluasan lapangan kerja mengingat sifat industri pertanian yang padat karya dan bersifat masal. Selain itu karena industri kecil yang berbasis pertanian telah mengakar pada masyarakat tingkat menengah kebawah, akan merupakan sektor yang paling sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja serta dapat menjamin perluasan berusaha, sehingga akan sangat efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian rakyat di pedesaan.
Pengembangan industri pengolahan cabe, seperti pengeringan cabe merupakan salah satu langkah terobosan dan alternatif pemecahan masalah diatas, karena disamping untuk konsumsi perusahaan pangan dalam negeri, cabe kering juga merupakan komoditas ekspor unggulan yang masih terbuka pasarnya. Adanya industri pengolahan cabe di pedesaan disamping akan meningkatkan pendapatan petani, sekaligus diharapkan dapat menghambat arus urbanisasi serta mengatasi masalah kelangkaan pekerjaan di pedesaan.
TUJUAN
- Memperkenalkan alat pengering cabe skala industri pedesaan di sentra produksi cabe, Blora dan Brebes, Jawa Tengah
- Membuat dan membangun alat pengering cabe di sentra produksi cabe, Blora dan Brebes, Jawa Tengah
- Melakukan latihan, konsultasi dan supervisi tentang alat pengering cabe kepada kelompok tani cabe.
SASARAN
Memperkenalkan diversifikasi produk cabe untuk industri pangan di pedesaan
- Meningkatkan nilai tambah produk cabe dan sekaligus pendapatan kelompok tani cabe
- Menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan
- Merangsang pertumbuhan agroindustri skala pedesaan dalam rangka memperkuat struktur agroindustri nasional
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pekerjaan pengenalan atau introduksi alat pengering cabe skala industri pedesaan adalah meliputi introduksi alat pengering cabe, pembangunan alat pengering cabe di sentra produksi di kabupaten Blora dan Brebes, pelatihan, supervisi, dan konsultasi mengenai alat pengering cabe di sentra produksi
METODOLOGI
Alat pengering cabe yang akan diintroduksi kepada petani cabe adalah alat pengering cabe tipe konveksi bebas, terdiri dari 4 bagian utama yaitu : 1) tungku, 2) pipa pemanas dan cerobong asap, 3) ruang plenum dan ruang pengering, dan 4) ventilasi, dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Introduksi Alat Pengering Cabe
- ukuran : 3,7 m x 1,7 m x 3,6 m
- kapasitas : 1 ton/proses
- lama pengeringan : 3 hari
- bahan bakar : minyak tanah
- ukuran tungku : 1 m x 0,5 m x 0,5 m
2. Pemilihan Lokasi
Lokasi introduksi alat pengering cabe adalah di kabupaten Blora dan Brebes, Jawa Tengah. Hal ini didasarkan karena kabupaten Blora dan Brebes merupakan sentra produksi cabe utama di Jawa Tengah yang memasok sebagian besar kebutuhan cabe daerah lain seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
3. Pembuatan Alat Pengering Cabe
Alat pengering cabe yang dibangun di kabupaten Blora dan Brebes memakai bahan yang ada di lokasi. Disamping untuk memudahkan pembuatannya, juga untuk memudahkan penggandaan oleh petani atau kelompok industri kecil di lokasi tersebut. Alat pengering cabe yang dibangun di kabupaten Blora berjumlah 2 unit.
Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan alat pengering adalah 1) batu kali, bata merah, pasir, semen, begel, kawat tali, pipa cor, batu cor untuk bangunan alat pengering; 2) balok, kaso, reng, seng, paku untuk atap bangunan alat pengering; 3) plat ester, plat strip, besi plat, packing asbes, baut, burner, selang kawat minyak untuk pipa pemanas dan burner, balok papan, triplek, engsel, kunci, tarikan laci untuk kusen, pintu dan jendela alat pengering; 4) besi siku, kasa nyamuk, papan, reng dan triplek untuk rak pengering; dan 5) seng, plat strip, kaso, drum minyak, pipa dan sambungan untuk cerobong angin dan drum minyak.
4. Pelatihan, Konsultasi dan Supervisi
Pelatihan, konsultasi dan supervisi dilakukan oleh tim kepada kelompok tani di lokasi introduksi kabupaten Blora dan Brebes, Jawa Tengah. Materi Pelatihan terdiri dari aspek teknis yaitu fungsi dan tata cara operasional alat pengering, aspek ekonomis yaitu analisis biaya alat pengering dan keuntungan-keuntungannya serta aspek pengelolaan dan pemasaran produk.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !